Rabu, 30 Maret 2011

Pendapatan Nasional

DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

Data dekade 1970-an dan 1980-an mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan di banyak NSB, terutama negara-negara yang proses pembangunan ekonominya sangat pesat dan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, seperti Indonesia, menunjukkan seakan-akn ada sesuatu korelasi positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kesenjangan dalam disrtibusi pendapatan: semakin tinngi pertumbuhan PDB atau semakin besar pendatan perkapita semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya.

Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan pendapatan perkapita dan tingkat kemiskinan tidak berbeda dengan kasus pertumbuhan ekomomi dengan ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Pada tahap awal dari proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan pada saat mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang. Tentu, seperti telah dikatakan sebelumnya, banyak factor lain selain pertunbuhan pendapatan yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di suatu wilayah/ Negara, seperti derajat derajat pendidikan tenaga kerja dan struktur ekonomi.


PERHITUNGAN DAN DASAR-DASAR PERHITUNGAN PERKIRAAN PENDAPATAN NASIONAL

Y = C + I +G (1.1)
C = cYd + Ca (1.2)
S = s.Yd; s = (1 – c) (1.3)
Yd = Y – T (1.4)
T = tY (1.5)
I = Ia (1.6)
G = Ga (1.7)
S = I (1.8)
T = G (1.9)

Dimana persamaan (1.1) adalah definisi pendapatan nasional. Pada saat permintaan agregat (AD) sama dengan penawarn agregat atau produksi (AS) atu pada saat ekonomi domestic tertutup seimbang, nilai dari pendapatan nasional (GDP) sama dengan nilai total dari komsumsi swasta ©, pembentukan modal tetap bruto atau investasi (I), dan pengeluaran pemerintah (G). Persamaan (1.2) menggambarkan fungsi konsumsi, yang mana nilai konsumsi ditentukan oleh pendapatan bersih setelah dikurangi pajak (Yd) dan konsumsi otonom (Ca), yakni bagian dari konsumsi yang ditentukan di luar model atau tidak dipengaruhi oleh tingkat atau perubahan pendapatan. Koefisien c (suatu presentase) menandakan bahwa tidak semua pendapatan digunakan untik konsumsi. Artinya, sisa dari pendapatan atau (1 – c) adalah tabungan (S), seperti di persamaan (1.3).

Persamaan (1.4) adalah pendapatan bersih setelah dikurangi pajak; persamaan (1.5) mencerminkan pendapatan pemerintah dari pajak yang ditentukan selain oleh tingkat pendapatan (dari wajib pajak), juga oleh besarnya tarif pajak (t); persamaan (1.6) adalah investasi yang sifatnya otonom; persamaan (1.7) adalah pengeluaran pemerintah yang juga sifatnya berdiri sendiri, tidak ditentukan oleh model (ekonomi), tetapi oleh kebijakan fiscal, dan dua persamaan terakhir mencerminkan keseimbangan ekonomi domestik tertutup, yakni pada saat dana tabungan sama seperti dana yang dibutuhkan untuk investasi di dalam negeri (persamaan (1.8)) dan jumlah pemasukan pajak sama dengan jumlah pengeluaran pemerintah (persamaan (1.9)).

Persamaan (1.5) dan persamaan (6.7) mencerminkan kebijakan fiscal. Sejak T dan G merupakan dua instrument dari kebijakan tersebut. Secara agregat, sisi pendapatan dari APBN diwakili oleh T dan sisi pengeluarannya oleh G. jika pengeluaran lebih besar daripada penerimaan (G>T), maka APBN dalam kondisi defisit, sebaliknya jika pendapatan melebihi pengeluaran (G



sumber : Dr. Tulus T.H. Tambunan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar