Minggu, 23 Desember 2012

MAKNA KONOTATIF


Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap social, sikap pribadi, dan criteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Makna-makna konotatif sifatnya lebih professional dan professional daripada makna denotatif. Makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus. Makna konotatif ialah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu.

Konotasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1.     Konotasi positif yaitu konotasi yang mengandung nilai rasa lebih tinggi, baik, halus, sopan dan menenangkan.
2.    Konotasi negatif yaitu konotasi yang mengandung nilai rasa rendah, jelek, kasar, kotor, dan tidak sopan.

Contoh : kata gugur dan mampus makna denotasinya adalah mati, namun kata mampus termasuk konotasi negatif sedangkan gugur memiliki konotasi positif.


Sumber : Zaenal dan Amran “Cermat Berbahasa Indonesia”

MAKNA DENOTATIF


Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut dengan makna konseptual. Makna denotative adalah makna umum.Makna denotative ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya,

Contoh : Ita menanam bunga di halaman depan rumah.
Kata bunga artinya kembang  atau bagian tumbuhan yang elok warnanya dan harum   
baunya.


Sumber : Zaenal dan Amran “Cermat Berbahasa Indonesia”

KARANGAN ILMIAH


Karangan ilmiah adalah karangan yang disusun secara logis, rasional, sistematis, dan empiris. Dan karangan ilmiah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Tujuan karangan ilmiah;
·         Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
·         Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
·         Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
·         Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
·         Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

Karangan ilmiah sesuai dengan format baku terdiri atas 5 BAB, yaitu :
BAB I terdiri dari :
-          Latar Belakang Masalah
-          Identifikasi Masalah
-          Pembatasan Masalah
-          Perumusan Masalah
-          Tujuan Penelitian
-          Kegunaan Penelitian
BAB II terdiri dari :
-          Landasan Teori
-          Landasan Berpikir
BAB III terdiri dalam Metodelogi Penelitian :
-          Tempat Penelitian
-          Waktu Penelitian
-          Metode Penelitian
-          Populasi
-          Sample
-          Teknik Pengambilan Sample
-          Data
-          Teknik Pengumpulan Data
-          Teknik Pengolahan Data
BAB IV Hasil Penelitian
Jawaban terhadap pertanyaan apa yang dikemukakan umumnya dikemukakan dalam bahagian temuan atau hasil. Hasil-hasil penelitian harus mampu berfungsi sebagai alat pembuktian.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan, sebagai pernyataan singkat yang mengungkapkan hasil penyelidikan secara menyeluruh. Saran, sebagai pernyataan yang bertujuan untuk penyempurnaan hasil akhir penyelidikan.

Sumbar :          http://www.slideshare.net/AisaKusbardini/karangan-ilmiah
http://makalahpendidikan.blogdetik.com/pengertian-karya-ilmiah-lengkap/

Sabtu, 22 Desember 2012

TULISAN ILMIAH


Tulisan ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan hasil penelitian, yang sistematik berdasarkan pada metode ilmiah, untuk mendapatkan jawapan secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya.
Tulisan ilmiah adalah laporan tertulis dan dipublikasikan atau dipaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang teliti yang dilakukan oleh seseorang atau sebuah pasukan dengan memenuhi kaedah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan diterima oleh masyarakat keilmuan. 

Tujuan tulisan ilmiah :
              Memperoleh pengakuan profesional dari kalangan profesinya.
              Memperdalam penguasaan bidang ilmu .
              Memperlancar peningkatan tahap akademik atau jabatan  - fungsinalnya.
              Berpartisipasi dalam penyebaran dan pengembangan ilmu.

LANGKAH-LANGKAH PENULISAN TULISAN ILMIAH :

A. Bagian awal
Halaman Judul :
Sebuah judul pada dasarnya menggambarkan kelengkapan menganalisis, jangkauan wilayah, domain penelitian, waktu dan metode yang dipakai serta kesimpulan.

B. Bagian isi
Bab I Pendahuluan
Paparan tentang apa yang menjadi masalah dengan latar belakangnya
1. Latar belakang : diskripsi masalah, data awal yang mendukung adanya masalah dan akar timbulnya masalah. Mengapa dan apa yang mendorong peneliti memilih topik penelitian ini.
2. Rumuskan masalah secara jelas, singkat, termasuk konsep-konsep yang digunakan, masalah dibatasi, bahagian mana yang digarap, mengapa bahagian itu yang diambil, dan gambarkan pentingnya masalah: sumbangannya terhadap perkembangan ilmu, kegunaan praktis (bila ada), hubungan dengan penelitian lain - Kegunaan yang lebih umum.
3. Tujuan penelitian, perlu diingat oleh seseorang penulis ialah tema dimana ia merupakan subjek cerita. Pembacaan - membantu penulis mendapatkan pelbagai idea dan melihat bagaimana pengarang lain memulakan karya mereka
4. Manfaat penelitian
manfaat penelitian umumnya dipilah menjadi dua kategori, yaitu teoritis/akademis dan praktis/fragmatis.

Bab II Landasan teori
Paparan tentang kerangka acuan atau objek yang sudah digunakan dalam memecahkan masalah. Gambarkan konsep-konsep yang digunakan, pendekatan yang digunakan, gambarkan teori-teori yang pernah ada yang berkaitan dengan masalah yang digarap, mengemukakan asumsi-asumsi dasar sebagai landasan berpikir, dan kemukakan hipotesis bila ada. Umumnya dikemukakan dalam bahagian kerangka teoritis atau landasan teori atau teori.

Bab III Metodepenelitian
Paparan mengenai apa yang dilakukan dalam suatu penelitian (langkah-langkah) yang dilakukan sebelum melakukan suatu penelitian dan dikemas dalam bahagian metode penelitian.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan
Jawapan terhadap pertanyaan apa yang dikemukakan umumnya dikemukakan dalam bahagian temuan atau hasil. Hasil-hasil penelitian harus mampu berfungsi sebagai alat pembuktian.

Bab V kesimpulan dan saran
Kesimpulan, sebagai pernyataan singkat yang mengungkapkan hasil penyelidikan secara menyeluruh. Saran, sebagai pernyataan yang bertujuan untuk penyempurnaan hasil akhir penyelidikan.
BAB VI Abstrak
Abstrak adalah suatu bahagian huraian yang sangat singkat, jarang lebih panjang dari enam atau lapan baris, bertujuan untuk menerangkan kepada pembaca-pembaca aspek-aspek mana yang tercakup dalam sebuah huraian tanpa berusaha mengatakan apa yang dibicarakan mengenai aspek-aspek itu.

BAB VII referensi : kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka
Kutipan. Pembuatan skripsi dan karya ilmiah mengharuskan para penulis mencari sumber informasi ilmiah yang diperlukan untuk penulisan tersebut. Pengetahuan ilmiah yang dikutip dari seseorang dipergunakan untuk pelbagai tujuan sesuai dengan argumentasi yang diajukan, misalnya untuk mendukung pernyataan penulis atau mendefinisikan sesuatu. Kutipan-kutipan tersebut dapat berbentuk “kutipan langsung” atau “kutipan tidak langsung”. Kutipan langsung yang pendek dimasukkan dalam teks atau tubuh skripsi dengan menggunakan tanda kutip

Sumber : www.images.abusafianamir.multiply.multiplycontent.com

KARYA ILMIAH


Makalah Bahasa Indonesia dapat didefinisikan sebagai sebuah karya ilmiah yang bersumber pada ilmu pengetahuan. Karya tulis yang dibuat tidak berdasarkan rekaan semata., tetapi dapat diuji secara empiris sesuai fenomena yang terjadi dalam masyarakat dan data-data penelitian. Makalah ada yang dibuat secara khusus untuk dipresentasikan dalam sebuah seminar dan ada juga yang untuk dipublikasikan dalam sebuah majalah ilmiah.

Dikatakan karya ilmiah sederhana karena makalah sedikit berbeda dengan karya ilmiah lainya. Meskipun secara umum makalah harus memiliki bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutp, namun dalam makalahsemua bagian tersebut dibuat tidak sedetail dan selengkap yang terdapat dalam karya ilmiah lainnya. Dengan kata lain, makalah it lebih singkat.

Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah biasa dijadikan acuan (referensi) ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Isi (batang tubuh) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah. Menurut John Dewey ada 5 langkah pokok proses ilmiah, yaitu :
(1)    mengenali dan merumuskan masalah
(2)    menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis,
(3)    merumuskan hipotesis atau dugaan hasil sementara,
(4)    menguji hipotesis, dan
(5)    menarik kesimpulan. 

Karakteristik Metode Ilmiah :
·         Bersifatkritis,analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah danmenentukan metode untuk pemecahan masalah.
·         Bersifatlogis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah.Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkanbukti-buktiyang tersedia
·         Bersifatobyektif , artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan laindalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
·         Bersifatkonseptual, artinya proses penelitian dijalankandengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapatdipertanggungjawabkan.
·         Bersifatempiris, artinya metode yang dipakai didasarkanpada fakta di lapangan.

Langkah – langkah metode ilmiah :
a.      menyusun rumusan masalah
b.      menyusun kerangka teori
c.      merumuskan teori
d.      melakukan eksperimen
e.      mengolah dan menganalisis data
f.      menarik kesimpulan
g.      mempublikasikan hasil



PENALARAN INDUKTIF


Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, simpulan yang diperoleh tidak lebih khusus daripada pernyataan (premis)
Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut :

1.  Generalisasi
Generalisasi ialah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Sah atau tidak sahnya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dari hal-hal, yaitu :
·         Data itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan, makin sah simpulan yang diperoleh.
·         Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang sah.
·         Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.

2.  Analogi
Analogi adalah cara penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut :
-          Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
-          Analogi digunakan untuk menyingkap kekeliruan.
-          Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.

3.  Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Dalam kaitannya dengan kausal ini, tiga hubungan antarmasalah, yaitu sebagai berikut :
§  Sebab – Akibat
Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B.  Di samping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
§  Akibat – Sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi, dalam penalaran akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
§  Akibat – Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain.

Sumber : Zaenal dan Amran “Cermat Berbahasa Indonesia”

Minggu, 04 November 2012

Soal-soal dari Penalaran Deduktif

 
1.       Apa yang dimaksud dengan “penalaran” dalam pengambilan suatu kesimpulan ?

2.       Apakah yang dimaksud dengan penalaran deduktif ?

3.       Apa kata lain dari :
-          Pernyataan yang bersifat umum
-          Pernyataan yang bersifat khusus

4.       Buatlah contoh pernyataan yang bersifat khusus dan umum beserta kesimpulannya !

5.       Jenis silogisme apa yang bersifat pengandaian ?

6.       Sebutkan tiga kemungkinan dalam silogisme hipotesis !

7.       Manakah kesimpulan yang sah dalam silogisme hipotesis !
PM :       Jika tim memenangkan pertandingan, mereka meraih gelar juara
Pm :       1. Tim memenangkan pertandingan
                2. Tim tidak memenangkan pertandingan
                3. Tim meraih gelar juara
                4. Tim tidak meraih gelar juara

8.       Kesimpulan apa yang dapat dibuat dengan premis minor dalam silogisme alternatif dibawah ini !
PM :       Atau mobil terlambat atau ia ketinggalan.
Pm :       1. Mobil itu datang terlambat
                2. Mobil itu tidak datang terlambat
                3. Ia ketinggalan mobil
                4. Ia tidak ketinggalan mobil

9.       - Beberapa buku adalah buku linguistik
- Beberapa buku adalah buku sosiologi
Dari pernyataan di atas, dapatkah kita mengambil kesimpulan yang sah ? jelaskan !

10.   - Semua anggota PKI adalah warga Indonesia yang tidak baik
- Yanto bukan seorang warga indonesia yang baik
Dari pernyataan di atas, dapatkah kita mengambil kesimpulan yang sah ? jelaskan !

PENALARAN DEDUKTIF


Dalam tulisan dan karangan, orang ingin membuktikan apa yang ia tulis dan katakan itu sah dan dapat diterima. Untuk mencapai pada satu kesimpulan yang sah itu perlu penalaran. Penalaran merupakan suatu proses untuk mencapai satu kesimpulan yang masuk akal atau logis berdasarkan kenyataan-kenyataan atau pernyataan-pernyataan yang masuk akal.
Penalaran yang bersifat deduktif bersumber dari satu pernyataan yang bersifat umum dan satu pernyataan yang bersifat khusus. Pernyataan yang bersifat umum disebut Premis Mayor dan pernyataan yang bersifat khusus disebut premis minor. Dengan dasar dua premis itu dihasilkan kesimpulan yang logis dan sah.
Contoh :
1.      PM (Premis Mayor)     Semua orang Jawa adalah orang Indonesia
pm (premis minor)      Astuti adalah orang Jawa
Jadi,                             Astuti adalah orang Indonesia           
2.      PM (Premis Mayor)     Semua mahasiswa adalah tamatan SMA
pm (premis minor)      Josef adalah mahasiswa
Jadi,                             Josef adalah tamatan SMA

Penalaran secara deduktif ini secara klasik disebut satu proses berpikir silogistik. Proses itu sendiri disebut Silogisme. Jika kita uraikan secara bahasawi dengan menggunakan fungsi subyek dan predikat sebagai dalil, maka dapatlah dikatakan bahwa subyek pada premis mayor harus menjadi predikat dalam premis minor dan kesimpulan yang logis akan terdiri dari subyek premis minor sebagai subyek kesimpulan dan predikat premis mayor akan menjadi predikat kesimpulan.

1.                  Silogisme Katagorial
Silogisme kaatagorial merupakan pernyataan-pernyataan yang umum dan khusus dan berdasarkan pernyataan itu orang mengambil kesimpulan yang logis atau masuk logis atau masuk akal.
Semua mahasiswa adalah tamatan SMA
Josef adalah mahasiswa
Josef adalah tamatan SMA
Ada beberapa syarat untuk menguji kesahan sebuah kesimpulan secara silogistik. Beberapa syarat perlu diberikan dibawah ini karena sepintas tampak kesahan penarikan kesimpulan itu. Akan tetapi setelah diuji, ia malah tidak sah.
·         Sebuah silogisme dengan kesimpulan yang sah jika ia memilki tiga proporsi, yakni premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
·         Suku tengah harus didistribusikan paling kurang dalam satu premis.
·         Jika satu premis bersifat negatif atau khusus, maka kesimpulan harus bersifat negatif dan khusus.
·         Orang tidak dapat mengambil kesimpulan dari dua premis yang bersifat negatif.
·         Orang tidak dapat mengambil kesimpulan yang sah dari dua premis yang bersifat khusus.

2.               Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis pun terdiri dari premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengandaian dengan jika . . . kondisi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul atau terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi. Kesimpulan pun akan menyatakan apakah kondisi kedua terjadi atau tidak terjadi. Kondisi pertama disebut anteseden dan kondisi kedua disebut konsekuensi.
Contoh :
Jika saya tidak lulus, saya akan keluar
(anteseden)      (konsekuensi)
Jika para pelajar tidak mengeluh, itu menunjukan bahwa sekolah kita berjalan dengan efisien.
            (anteseden)                                          (konsekuensi)
Untuk menguji kesalahan silogisme hipotesis ini premis minor hanya mempunyai dua kemungkinan. Premis minor menyatakan “ya” kepada salah satu kondisi premis mayor dan premis minor menyatakan “tidak” kepada salah satu kondisi premis mayor.
Jika sebuah buku memenangkan hadiah Adinegoro, buku itu pasti baik.
Buku itu memenangkan hadiah Adinegoro.
Jadi, buku itu pasti baik.
Disini silogisme dan kesimpulan ini sah. Premis minor menyatakan “ya” kepada kondisi premis mayor.
            Jadi anak-anak dilalaikan, mereka akan menderita problem emosional.
            Anak-anak tidak menderita problem emosional.
            Jadi, anak-anak tidak dilalaikan.
Disini premis minor menyatakan “tidak” kepada salah satu kondisi premis mayor. Jadi, kesimpulan itu sah.

3.                  Masalah dalam Silogisme Hipotesis
Jika ia tidak lulus, ia akan keluar.
Ia tidak lulus.
Jadi, ia akan keluar.
Pertanyaan yang muncul ialah “jika ia lulus ujian?”
Apakah ia tidak akan keluar? Hal ini tidak dapat dijawab atau diberikan konklusi karena tidak disebutkan dalam premis mayor. Hal yang perlu diperhatikan disini ialah: jika A, maka B; tetapi jika tidak A, orang tidak dapat mengambil kesimpulan! Disini perlu diperhatikan jika dan hanya jika.
Tiga kemungkinan silogisme hipotesis dapat dirangkumkan sebagai berikut :
Ø    Jika A terjadi, B harus terjadi; kesimpulan bahwa B akan terjadi jika A terjadi sah.
Ø  Jika konsekuensi Bterjadi, jika belum yakin mengapa itu terjadi. Karena itu kita tidak dapat mengambil kesimpulan dari B bahwa kondisi A terpenuhi.
Ø    Jika konsekuensi B tidak terjadi, kita dapat berkesimpulan bahwa kondisi A tidak terpenuhi pula.

4.                  Silogisme Alternatif
Tipe silogisme ini memasangkan dua pernyataan dan mengatakan jika yang satu tidak benar, maka yang lain akan terjadi atau ada.
Model
PM : atau A atau B
pm : bukan A (atau bukan B)
k    : jadi, B (atau A)
Contoh :          Atau minyak habis sumbunya pendek.
                        Minyak tidak habis.
Jadi, sumbu itu pendek.

5.      Silogisme Disjunktif
Tipe silogisme disjunktif membuat pernyataan yang saling mengucilkan dan menyatakan jika yang satu benar, maka yang lain salah.
Model
PM : tidak A maupun B
Pm : A (atau B)
K  : jadi, bukan B (atau A)
Contoh
PM : ia diskors dari sekolah dan paling nakal.
Pm : ia paling nakal
K   : ia diskors dari sekolah
Silogisme disjunktif membolehkan dan memungkinkan satu kesimpulan hanya apabila satu dari dua pernyataan itu dipastikan dalam premis minor.

Sumber : Jos Daniel Parera, "Belajar Mengemukakan Pendapat"