Minggu, 04 November 2012

Soal-soal dari Penalaran Deduktif

 
1.       Apa yang dimaksud dengan “penalaran” dalam pengambilan suatu kesimpulan ?

2.       Apakah yang dimaksud dengan penalaran deduktif ?

3.       Apa kata lain dari :
-          Pernyataan yang bersifat umum
-          Pernyataan yang bersifat khusus

4.       Buatlah contoh pernyataan yang bersifat khusus dan umum beserta kesimpulannya !

5.       Jenis silogisme apa yang bersifat pengandaian ?

6.       Sebutkan tiga kemungkinan dalam silogisme hipotesis !

7.       Manakah kesimpulan yang sah dalam silogisme hipotesis !
PM :       Jika tim memenangkan pertandingan, mereka meraih gelar juara
Pm :       1. Tim memenangkan pertandingan
                2. Tim tidak memenangkan pertandingan
                3. Tim meraih gelar juara
                4. Tim tidak meraih gelar juara

8.       Kesimpulan apa yang dapat dibuat dengan premis minor dalam silogisme alternatif dibawah ini !
PM :       Atau mobil terlambat atau ia ketinggalan.
Pm :       1. Mobil itu datang terlambat
                2. Mobil itu tidak datang terlambat
                3. Ia ketinggalan mobil
                4. Ia tidak ketinggalan mobil

9.       - Beberapa buku adalah buku linguistik
- Beberapa buku adalah buku sosiologi
Dari pernyataan di atas, dapatkah kita mengambil kesimpulan yang sah ? jelaskan !

10.   - Semua anggota PKI adalah warga Indonesia yang tidak baik
- Yanto bukan seorang warga indonesia yang baik
Dari pernyataan di atas, dapatkah kita mengambil kesimpulan yang sah ? jelaskan !

PENALARAN DEDUKTIF


Dalam tulisan dan karangan, orang ingin membuktikan apa yang ia tulis dan katakan itu sah dan dapat diterima. Untuk mencapai pada satu kesimpulan yang sah itu perlu penalaran. Penalaran merupakan suatu proses untuk mencapai satu kesimpulan yang masuk akal atau logis berdasarkan kenyataan-kenyataan atau pernyataan-pernyataan yang masuk akal.
Penalaran yang bersifat deduktif bersumber dari satu pernyataan yang bersifat umum dan satu pernyataan yang bersifat khusus. Pernyataan yang bersifat umum disebut Premis Mayor dan pernyataan yang bersifat khusus disebut premis minor. Dengan dasar dua premis itu dihasilkan kesimpulan yang logis dan sah.
Contoh :
1.      PM (Premis Mayor)     Semua orang Jawa adalah orang Indonesia
pm (premis minor)      Astuti adalah orang Jawa
Jadi,                             Astuti adalah orang Indonesia           
2.      PM (Premis Mayor)     Semua mahasiswa adalah tamatan SMA
pm (premis minor)      Josef adalah mahasiswa
Jadi,                             Josef adalah tamatan SMA

Penalaran secara deduktif ini secara klasik disebut satu proses berpikir silogistik. Proses itu sendiri disebut Silogisme. Jika kita uraikan secara bahasawi dengan menggunakan fungsi subyek dan predikat sebagai dalil, maka dapatlah dikatakan bahwa subyek pada premis mayor harus menjadi predikat dalam premis minor dan kesimpulan yang logis akan terdiri dari subyek premis minor sebagai subyek kesimpulan dan predikat premis mayor akan menjadi predikat kesimpulan.

1.                  Silogisme Katagorial
Silogisme kaatagorial merupakan pernyataan-pernyataan yang umum dan khusus dan berdasarkan pernyataan itu orang mengambil kesimpulan yang logis atau masuk logis atau masuk akal.
Semua mahasiswa adalah tamatan SMA
Josef adalah mahasiswa
Josef adalah tamatan SMA
Ada beberapa syarat untuk menguji kesahan sebuah kesimpulan secara silogistik. Beberapa syarat perlu diberikan dibawah ini karena sepintas tampak kesahan penarikan kesimpulan itu. Akan tetapi setelah diuji, ia malah tidak sah.
·         Sebuah silogisme dengan kesimpulan yang sah jika ia memilki tiga proporsi, yakni premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
·         Suku tengah harus didistribusikan paling kurang dalam satu premis.
·         Jika satu premis bersifat negatif atau khusus, maka kesimpulan harus bersifat negatif dan khusus.
·         Orang tidak dapat mengambil kesimpulan dari dua premis yang bersifat negatif.
·         Orang tidak dapat mengambil kesimpulan yang sah dari dua premis yang bersifat khusus.

2.               Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis pun terdiri dari premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengandaian dengan jika . . . kondisi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul atau terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi. Kesimpulan pun akan menyatakan apakah kondisi kedua terjadi atau tidak terjadi. Kondisi pertama disebut anteseden dan kondisi kedua disebut konsekuensi.
Contoh :
Jika saya tidak lulus, saya akan keluar
(anteseden)      (konsekuensi)
Jika para pelajar tidak mengeluh, itu menunjukan bahwa sekolah kita berjalan dengan efisien.
            (anteseden)                                          (konsekuensi)
Untuk menguji kesalahan silogisme hipotesis ini premis minor hanya mempunyai dua kemungkinan. Premis minor menyatakan “ya” kepada salah satu kondisi premis mayor dan premis minor menyatakan “tidak” kepada salah satu kondisi premis mayor.
Jika sebuah buku memenangkan hadiah Adinegoro, buku itu pasti baik.
Buku itu memenangkan hadiah Adinegoro.
Jadi, buku itu pasti baik.
Disini silogisme dan kesimpulan ini sah. Premis minor menyatakan “ya” kepada kondisi premis mayor.
            Jadi anak-anak dilalaikan, mereka akan menderita problem emosional.
            Anak-anak tidak menderita problem emosional.
            Jadi, anak-anak tidak dilalaikan.
Disini premis minor menyatakan “tidak” kepada salah satu kondisi premis mayor. Jadi, kesimpulan itu sah.

3.                  Masalah dalam Silogisme Hipotesis
Jika ia tidak lulus, ia akan keluar.
Ia tidak lulus.
Jadi, ia akan keluar.
Pertanyaan yang muncul ialah “jika ia lulus ujian?”
Apakah ia tidak akan keluar? Hal ini tidak dapat dijawab atau diberikan konklusi karena tidak disebutkan dalam premis mayor. Hal yang perlu diperhatikan disini ialah: jika A, maka B; tetapi jika tidak A, orang tidak dapat mengambil kesimpulan! Disini perlu diperhatikan jika dan hanya jika.
Tiga kemungkinan silogisme hipotesis dapat dirangkumkan sebagai berikut :
Ø    Jika A terjadi, B harus terjadi; kesimpulan bahwa B akan terjadi jika A terjadi sah.
Ø  Jika konsekuensi Bterjadi, jika belum yakin mengapa itu terjadi. Karena itu kita tidak dapat mengambil kesimpulan dari B bahwa kondisi A terpenuhi.
Ø    Jika konsekuensi B tidak terjadi, kita dapat berkesimpulan bahwa kondisi A tidak terpenuhi pula.

4.                  Silogisme Alternatif
Tipe silogisme ini memasangkan dua pernyataan dan mengatakan jika yang satu tidak benar, maka yang lain akan terjadi atau ada.
Model
PM : atau A atau B
pm : bukan A (atau bukan B)
k    : jadi, B (atau A)
Contoh :          Atau minyak habis sumbunya pendek.
                        Minyak tidak habis.
Jadi, sumbu itu pendek.

5.      Silogisme Disjunktif
Tipe silogisme disjunktif membuat pernyataan yang saling mengucilkan dan menyatakan jika yang satu benar, maka yang lain salah.
Model
PM : tidak A maupun B
Pm : A (atau B)
K  : jadi, bukan B (atau A)
Contoh
PM : ia diskors dari sekolah dan paling nakal.
Pm : ia paling nakal
K   : ia diskors dari sekolah
Silogisme disjunktif membolehkan dan memungkinkan satu kesimpulan hanya apabila satu dari dua pernyataan itu dipastikan dalam premis minor.

Sumber : Jos Daniel Parera, "Belajar Mengemukakan Pendapat"